Rabu, 19 November 2014
sejarah masjid agung payaman
Masjid Agung Payaman
Masjid yang berlokasi di pinggiran Jalan Raya Secang, Magelang ini tidak memiliki nama khusus. Sehingga sampai kini pun, meski masjid ini cukup terkenal di Jawa Tengah, tetapi tidak ditemukan papan nama didepan bangunannya, seperti halnya masjid-masjid lain pada umumnya.
Ruang Urama Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
Ruang Utama Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
SEJARAH DAN ARSITEKTUR MASJID AGUNG PAYAMAN
Masjid Agung Payaman ini merupakan pusat syiar agama Islam di Magelang dan sekitarnya ternyata berawal dari sebuah mushala yang dibangun Kiai Mudzakir lebih kurang 400 tahun lalu. Kiai dari Jawa Timur itu mendirikan mushala dalam upayanya mengenalkan agama Islam kepada masyarakat setempat. Tempat ibadah yang berlokasi di Jalan Tentara Pelajar atau sisi barat alun-alun Kota Magelang mulai diubah bentuknya dari mushala menjadi masjid pada saat Magelang dipimpin Bupati Ke-3 Magelang Danuningrat pada 1779. Selanjutnya pada 1935, masjid itu direnovasi lagi oleh Bupati Ke-5 Magelang Danu Sugondo. Sampai sekarang, di dalam masjid itu masih tersimpan tempat khusus untuk shalat bupati tempo dulu. Bentuknya kotak berukir buatan 1779. Bila sedang digunakan bupati untuk shalat maka kotak itu ditutupi kelambu.Ruang utama Masjid Agung Payaman berukuran 10 X 10 m. Masjid ini juga memiliki serambi kanan dan kiri, sedangkan serambi depan diberi kubah pada bangunanya ituberukuran 14 X 10 m. Pada 1981, oleh Wali Kota Magelang Drs A Bagus Panuntun dibuatkan serambi 6 x 20 meter serta menara. Wali Kota H Fahriyanto membangunkan pagar sebelah utara serta meratakan tanah halaman masjid dan kemudian dipaving.
Menara Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
Menara Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
KEISTIMEWAAN MASJID AGUNG PAYAMAN
Keistimewaan dari keberadaan masjid ini adalah jamaahnya tidak pernah sepi selama 24 jam. Setiat saat sekitar seratusan jamaah yang usianya sudah lansia yang berasal dari berbagai daerah dijawa tengah sengaja tinggal disekitar masjid untuk mengikuti shalat berjamaah selama 40 hari. Masyarakat sekitar memfasilitasi mereka dengan membuatkan asrama berlantai dua yang berlokasi disebelah halaman masjid. Sebagian dari jamaah yang tidak tertampung menumpang dirumah warga. Mungkin karena merupakan masjid tertua di Magelang sehingga memiliki daya tarik tersendiri. Masjid lainnya yang usianya juga relatif tua berlokasi di Payaman. Boleh dikatakan merupakan masjid tertua kedua setelah Masjid Agung. Yang tertua ketiga adalah masjid di Trasan, Bandongan.
Teras Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
Teras Masjid Agung Payaman (Magelang, Jawa Tengah)
BULAN ROMADHON DI MASJID AGUNG PAYAMAN
Selama bulan Puasa, masjid ini selalu ramai terutama mulai shalat zuhur hingga waktu shalat tarawih. Umat Islam yang shalat di situ tidak hanya warga Kota Magelang tetapi juga warga Kabupaten Magelang. Biasanya para jamaah sambil menunggu waktu sholat tiba, mereka yang bernazar atau berkeinginan berjamaah selama 40 hari itu mengaji Al-Qur’an di ruangan masjid. Mereka hanya sholat dan mengaji saja. Sedangkan, untuk kebutuhan sehari-hari ada yang membeli di warung-warung makan sekitar masjid, ada pula yang dikirima keluarganya, dan ada pula yang membayar uang makan bulanan kepada warga setempat.Setiap sore pada bulan Puasa, Masjid Agung selalu menyediakan makanan berbuka untuk 200-an orang berupa nasi bungkus dan minuman. Yang menyumbang makanan adalah warga Kauman di sekitar masjid secara bergantian. ”Sehabis shalat tarawih, juga disediakan takjil untuk 100 orang.” Jumlah jamaah memang mencapai puncaknya pada bulan Romadhon. Jumlah jamah bisa mencapai 300 orang. Semangat para Kakek-nenek ini patut menjadi contoh bagi kaum muda saat ini. Meski sudah rata-rata berusia uzur, namun semangat untuk mengisi waktu dengan beribadah tidak lantas jadi kendor
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar